HIMATIKA FIP UMJ

URGENSI KEPEMIMPINAN SEBAGAI UPAYA REPUTASI ORGANISASI

Berbicara mengenai kepemimpinan tentunya ini merupakan topik pembicaraan yang akan sangat kompleks dan menarik untuk dibahas, karena sejatinya setiap individu akan selalu mempunyai sudut pandangnya yang berbeda-beda dengan pola pikirnya masing-masing dalam memaknai sebuah kepemimpinan ini. Kepemimpinan hakikatnya telah menyatu pada setiap diri masing-masing individu, karena setiap individu merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri, bagaimana ia mengorganisasikan seluruh kehidupannya sedemikian sehingga ia mempunyai peran fungsional di lingkungannya. Hal ini juga didukung oleh perkataan Ivancevich, Konopaske, dan Matteson di dalam Wijono (2018: 1) yang mengatakan bahwa sebuah kepemimpinan ialah as the process of influencing others to facilitate the attainment of organizationally relevant goals. Dari sini sudah terlihat bahwa proses dari kepemimpinan yang ada di dalam masing-masing individu sangat berpengaruh terhadap jalannya sebuah organisasi yang ada disekitarnya, sekecil apapun organisasi itu terbentuk, seperti lingkup keluarga atau teman yang disekitarnya.


Seorang pemimpin yang berhasil memimpin dengan baik dirinya sendiri, diharapkan dia dapat menyalurkan sifat kepemimpinannya terhadap lingkungannya. Sifat kepemimpinan yang terbentuk dapat ditunjukkan melalui peran yang dijalankan oleh para pemimpin agar tercapai kinerja yang efektif di dalam memimpin individu lain sebagai pengikutnya pada suatu kondisi tertentu, baik di dalam suatu kelompok atau sebuah organisasi. Pernyataan ini juga didukung oleh Huges, Ginnett, dan Curphy di dalam Wijono (2018: 2) yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah fenomena kompleks yang terdiri dari tiga elemen, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi. Lebih lanjut, Wijono (2018: 2) juga menambahkan bahwa dari beberapa peneliti yang melakukan studi penelitian mengenai kepemimpinan, ada di antara mereka yang memfokuskan kepada bagaimana kepribadian masing-masing individu, ciri-ciri fisik individu, atau perilaku individu ketika mereka menjadi seorang pemimpin; sementara ada beberapa peneliti yang lainnya melakukan studi penelitian mengenai hubungan yang terbentuk di antara pemimpin dengan orang yang dipimpin; sedangkan yang lain melakukan studi penelitian mengenai aspek situasi apa saja yang menjadi pengaruh seorang pemimpin dalam bertindak.

Kepemimpinan merupakan titik sentral dan dinamisator seluruh proses kegiatan organisasi (Rostikawati, Dian.2021: 11). Sebuah kepemimpinan akan menjadi suatu hal yang urgensi apabila terciptanya interaksi dalam bentuk kerja sama dari beberapa orang untuk menghasilkan suatu tujuan dari organisasi. Dari hal tersebut, di dapat bahwa esensi dari kepemimpinan ialah tercapainya tujuan yang diharapkan sebuah organisasi melalui kerja sama. Sehubungan dengan itu, terdapat juga perkataan William dan Joseph di dalam Wijono (2018: 3) kepemimpinan juga berarti sebuah realisasi usaha dari tujuan organisasi dengan menyelaraskan kebutuhan dari anggota atau pengikut agar terus berkembang selaras dengan tujuan yang dimiliki organisasi tersebut. Sehingga, setiap individu sejatinya ialah merupakan anggota dari suatu kelompok atau organisasi. Dapat disimpulkan, bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha dari seorang pemimpin dari suatu kelompok atau organisasi dengan tujuan untuk merealisasikan tujuan yang ingin dicapai dari kelompok atau organisasi tersebut. Tetapi, seorang pemimpin juga sudah selayaknya harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan yang diperlukan oleh anggota atau pengikutnya dengan tujuan yang harus dicapai organisasi, agar keduanya dapat berjalan selaras dan sama-sama terealisasi, yaitu antara kebutuhan dan tujuan.

Masuk ke dalam pembahasan reputasi. Sebenarnya yang dimaksud reputasi di sini jika kita merujuk pada buku panduan berbahasa kita, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dari reputasi adalah nama baik. Di dalam lingkup sebuah organisasi reputasi ini adalah suatu hal yang penting, karena mencakup nama baik sebuah organisasi. Reputasi organisasi tak terlepas juga dari bagaimana reputasi kepemimpinan yang ada di dalam organisasi tersebut. Reputasi yang terdapat di dalam organisasi berarti menggambarkan sudah sejauh apa seorang pemimpin ini memiliki reputasi yang baik atau tidak, dengan melihat latar belakang dan karakteristik pemimpinnya, seperti yang diketahui dan diamati oleh anggota atau pengikutnya. Karena, reputasi dari kepemimpinan dapat mempengaruhi bagaimana kinerja dan perilaku yang akan dilakukan oleh seluruh anggota yang ada di dalam organisasi. Reputasi kepemimpinan yang baik akan menghasilkan reputasi organisasi yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, reputasi kepemimpinan yang buruk juga akan menghasilkan reputasi organasasi yang buruk. Oleh karenanya, pentingnya kita mengetahui bagaimana urgensi mengenai kepemimpanan ini pada stigma masyarakat luas, agar sebuah organisasi dapat memiliki pandangan yang baik secara eksternal ataupun internalnya.

Ada yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah dilahirkan, bukan dibentuk, dan ada juga yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah murni karena dibentuk. Kedua pernyataan ini tidak sepenuhnya benar. Tetapi, kedua pernyataan ini juga tidak sepenuhnya salah. Kedua pernyataan ini dapat dikatakan benar, karena memang faktor gen atau keturunan dan pengalaman merupakan aspek yang dapat mempengaruhi banyak hal, dan pemimpin adalah salah satunya. Kedua pernyataannya ini juga dapat dikatakan salah jika kedua pernyataan ini dianggap saling bertentangan atau dua hal yang berbeda. Karena yang sebenarnya adalah kedua pernyataan ini saling berkaitan dan berinteraksi. Cara untuk menjadi pemimpin yang baik tentunya diperlukan bakat alami yang dia miliki sedari kecil, yaitu di sini yang dimaksud adalah gen atau bawaan keturunan, tetapi gen keturunan juga tidak akan terbentuk jika ia tidak mengasah kemampuan yang ia miliki. Pemimpin yang memiliki bakat alami yang ia dapat dari keturunan gen tetap harus mengembangkan kembali potensi yang dimilikinya, sehingga bakat alami yang ia miliki akan terbentuk melalui pengalaman yang ia dapat.


Begitu juga ada yang mengatakan bahwa kepemimpinan tidak di dapatkan atau terbentuk ketika kita di dalam pendidikan formal, akan tetapi kepemimpinan dapat terbentuk hanya dengan pengalaman yang dimiliki. Padahal kenyataannya, pendidikan formal dan pengalaman juga merupakan suatu hal yang selaras dan sejalan. Kepemimpinan yang di dapat melalui pendidikan formal dapat menjadikan kita memiliki berbagai macam perspektif di dalam memahami kondisi dan situasi kepemimpinan yang terdapat dalam masyarakat. Sehingga, pembelajaran dan pelatihan tertentu dapat menjadikan seseorang meningkatkan kemampuannya dalam mengambil pelajaran penting tentang kepemimpinan lewat pengalaman yang ia dapat. Dan yang terakhir, ada juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan yang terbentuk dengan baik adalah pemimpin yang menggunakan modal akal sehatnya saja di dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan kepemimpinannya. Padahal, yang sebenarnya adalah akal sehat terkadang juga dapat mempermainkan jalan pikiran kita, dan tentunya ini juga dapat berdampak pada pengambilan keputusan seorang pemimpin. Semisal ada sebuah kata-kata yang sering kita jumpai dan dengar, yaitu “jauh di mata, namun dekat di hati”. Ketika kita menanyakan hal ini kepada beberapa orang, tentunya mereka akan menjawab bahwa hal ini adalah masuk akal, sehingga pernyataan ini benar dan dapat diterima.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *