Pengaruh Organisai dalam Kemampuan Pedagogis Calon Pendidik

Pendahuluan
Keterlibatan dalam organisasi selama masa pendidikan merupakan salah satu pengalaman yang dapat membentuk karakter dan kompetensi calon pendidik secara menyeluruh. Tidak hanya melatih kemampuan kepemimpinan dan komunikasi, organisasi juga memberikan ruang bagi mahasiswa pendidikan untuk mengembangkan kemampuan pedagogis secara tidak langsung namun signifikan. Melalui berbagai kegiatan seperti seminar, pelatihan, diskusi, hingga pengabdian masyarakat, calon pendidik belajar untuk memahami karakteristik peserta didik, mengelola dinamika kelompok, serta menyusun strategi komunikasi yang efektif.
Organisasi juga menjadi tempat latihan nyata bagi mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapatkan di ruang kuliah lalu praktik. Misalnya, saat menjadi panitia dalam sebuah kegiatan, mahasiswa akan dituntut untuk merancang kegiatan yang edukatif, mempersiapkan materi sesuai dengan kegiatan, serta mengelola waktu dan sumber daya secara efisien. Proses ini menumbuhkan kemampuan perencanaan pembelajaran, keterampilan berbicara di depan umum, serta pemecahan masalah secara kreatif. Semua merupakan komponen penting dalam kemampuan pedagogis.
Selain itu, interaksi lintas jurusan dalam lingkungan organisasi membantu calon pendidik untuk memiliki empati yang tinggi, berpikiran terbuka, dan memahami berbagai karakter individu. Hal ini membekali mereka dengan sensitivitas pedagogis yang sangat dibutuhkan saat kelak menghadapi keberagaman karakter peserta didik di kelas. Dengan kata lain, pengalaman organisasi memberikan ruang untuk membentuk pendidik yang tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu menyampaikan materi dengan pendekatan yang adaptif, humanis, dan bermakna.
Dengan demikian, BEM FIP UMJ melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana keterlibatan mahasiswa dalam organisasi berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan pedagogis mereka, serta bagaimana organisasi dapat dimanfaatkan sebagai wahana strategis dalam menyiapkan pendidik yang profesional, reflektif, dan responsif terhadap dinamika pendidikan abad 21. Dengan mengumpulkan sampel melalui penyebarkan kuesioner kepada mahasiswa FIP UMJ dan mendapatkan hasil sampel 56 responden.
Sebanyak 80,8% mahasiswa merasa organisasi membantu meningkatkan rasa tanggung jawab. Bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan untuk menjadi seorang pendidik, keterlibatan dalam berorganisasi bukan hanya menjadi pengalaman. Tetapi juga menjadi sarana penting dalam pembentukan karakter dan keterampilan. Banyak mahasiswa merasa bergabung dalam organisasi menjadi awal mula tumbuhnya rasa tanggung jawab yang lebih kuat. Mahasiswa berorganisasi terbiasa menjalankan tugas tepat waktu, berkomunikasi dengan tim, dan menyelesaikan masalah secara langsung di lapangan. Kebiasaan tersebut secara tidak langsung membentuk karakter yang nantinya sangat dibutuhkan dalam dunia kerja.
Sebanyak 83% mahasiswa merasa Organisasi melatih dalam keterampilan komunikasi yang penting saat mengajar. Kemampuan komunikasi menjadi salah satu keterampilan yang penting untuk menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran bagi para calon pendidik. Banyak mahasiswa merasakan bahwa keterlibatan dalam berorganisasi secara langsung dapat melatih dan mengasah keterampilan ini. Saat aktif dalam organisasi, mereka dituntut untuk menyampaikan pendapat, memimpin rapat, menjalin kerja sama, serta berkomunikasi dengan berbagai pihak baik sesama anggota, pengurus, maupun ihak luar lainnya. Pengalaman ini membantu mereka menjadi lebih percaya diri, terbiasa menyusun kata kata dengan jelas serta mampu menyesuaikan gaya bicara terhadap situasi dan lawan bicara.
Sebanyak 72,3% mahasiswa merasa mampu menyusun rencana pembelajaran lebih baik karena pengalaman organisasi. Dalam berorganisasi banyak mahasiswa merasa bahwa keterlibatan mereka dalam berorganisasi membuat mereka lebih terlatih dalam merancang kegiatan secara terstruktur, menentukan tujuan, membagi waktu, serta mengatur alur pelaksanaan, hal ini sejalan dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam menyusun rencana pembelajaran. Mulai dari merumuskan tujuan, memilih metode, menyiapkan media, hingga menyusun evaluasi. Dalam berorganisasi, mahasiswa terbiasa dalam pembuatan proposal kegiatan, menyusun agenda acara, dan memikirkan langkah-langkah secara rinci. Pengalam ini menjadi bekal yang penting dalam penyusunan RPP atau alur pembelajaran.
Sebanyak 75,44% merasa Kegiatan organisasi memperkuat kemampuan dalam memahami karakter peserta didik. Memahami karakter peserta didik yang beragam menjadi salah satu tantangan utama dalam dunia pendidikan. Banyak mahasiswa calon pendidik merasa bahwa pengalaman mereka dalam organisasi sangat membantu. Kegiatan organisasi melibatkan interaksi kepada berbgai tipe orang, baik dari latar belakang, cara berfikir, maupun gaya komunikasi yang berbeda. Pengalaman ini secara tidak langsung melatih mahasiswa supaya lebih peka, sabar dan mampu menyesuaikan pendekatan dalam berinteraksi dengan individu yang berbeda. Kemampuan tersebut sangat relevan dalam dunia pendidikan. Seorang guru tidak hanya dituntut dalam penyampaian materi, tetapi juga memahami kondisi dan karakter dari setiap siswa agar proses pembelajar dapat lebih efektif.
Sebanyak 76,3% merasa lebih siap menghadapi situasi kelas karena pengalaman organisasi. Dalam berorganisasi mereka terbiasa menghadapi dinamika kelompok, menyusun strategi dalam menyelesaikan suatu masalah. Dan mengambil keputusan dalam tekanan. Kondisi tersebut mirip dengan situasi yang nyata di ruang kelas, dimana seorang guru harus mampu mengelola siswa dengan karakter yang beragam, mengatasi gangguan dalam pembelajaran, dan menyesuaikan metode sesuai kondisi yang ada. Mahasiswa belajar bagaimana bersikap tegas tapi tetap komunikatif, bagaimana menjaga ketenangan saat menghadapi masalah serta bagaimana membangun hubungan yang baik dengan anggota tim yang nantinya akan tercermin dalam hubungan guru dan siswa.
Sebanyak 78,5% mahasiswa merasa Organisasi melatih dalam menyampaikan ide secara sistematis. Dalam berbagai kegiatan organisasi seperti rapat, diskusi program kerja, atau presentasi proposal mahasiswa dilatih untuk menyampaikan gagasan secara runtut, jelas, dan mudah dipahami oleh orang lain. Mereka belajar mengatur alur berpikir, menyesuaikan bahasa, serta menyusun argumen secara logis agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh semua pihak. Keterampilan ini sangat penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan materi secara sistematis agar siswa bisa mengikuti alur pembelajaran dengan baik. Mahasiswa yang terbiasa menyampaikan ide secara terstruktur di organisasi cenderung lebih siap dalam menyusun penjelasan di kelas, membuat bahan ajar, maupun merancang kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengalaman organisasi tidak hanya membentuk rasa percaya diri, tetapi juga memperkuat kemampuan pedagogis, khususnya dalam hal komunikasi yang efektif dan sistematis dalam proses mengajar.
Sebanyak 67% merasa Tidak ada hubungan antara organisasi dengan kemampuan pedagogisnya. Banyak mahasiswa merasa organisasi memberi dampak positif bagi pengembangan diri, tidak sedikit pula yang merasa bahwa pengalaman organisasi tidak memiliki kaitan langsung dengan kemampuan pedagogis mereka. Bagi sebagian mahasiswa, kegiatan organisasi lebih dianggap sebagai aktivitas di luar konteks akademik dan tidak terlalu berkontribusi pada peningkatan keterampilan mengajar. Mereka berpendapat bahwa kemampuan pedagogis, seperti menyusun rencana pembelajaran, mengelola kelas, atau menerapkan metode yang sesuai, lebih banyak dibentuk melalui perkuliahan, observasi di sekolah, atau pengalaman praktik mengajar secara langsung. Pandangan ini menunjukkan bahwa pengaruh organisasi terhadap kemampuan pedagogis bisa bersifat subjektif, tergantung bagaimana mahasiswa memaknai pengalaman yang dijalani. Beberapa mahasiswa mungkin terlibat dalam organisasi hanya sebatas menjalankan tugas tanpa refleksi lebih jauh, sehingga manfaatnya terhadap kesiapan menjadi pendidik pun terasa minim.